PENDAHULUAN

Era tahun 90an ,Organisasi mulai menerapkan teknologi informasi dimana aplikasi seperti itu tidak di pertimbangkan pada beberapa tahun sebelumnya.Tokogrosir secara rutin menggunakan scaning utuk menghitung jumlah harga produk,memperbaharui persedian .bank mulai menggunakan Automatic Teller Machine (ATM)sebagai media tatap muka dengan pelnaggannya.
Banyak organisasi ,Organisasi sistem informasi dulunya bukan merupakan bagian yang penting telah mengubah peran dan tanggung jawab baru di bawah kepemimpinan yang lebih berorientasi bisnis,sehingga organisasi ini berkaitan erat dengan perubahan lingkungan .Revolusi ini juga mendorong manajemen puncak memasukan teknologi informasi dengan isu strategi perusahaan.karena alas an yang sama.banyak professional dalam organisasi menemukan bahwa kemampuan baru yang di bawa oleh teknologi ini mempunyai efek yang signifikan tas pekerjaan dari karir mereka
Penggunaan tekhnologi informasi yang meluas juga telah memperluas jumlah hari kerja tersebut lebih fleksibel,misalnya beberapa perusahaan memperkerjakan sejumlah orang dari rumah saja yang berhubungan secara elektronis dengan rekan kerja di perusahaan .Perusahaan perusahaan juga telah menunjukan bahwa penggunaan teknologi informasi meningkatkan kolaborasi (kerjasama)di antara kelompok kerja
Kesempatan sistem informasi telah membawa penggunaan teknologi yang lebih besar daripada sebelumnya.karena di hadapkan dengan permintaan jasa yang berkembang,kebanyakan departemen sistem informasi yang telah melakukan perubahan dramatis dengan dukungan teknologi





ISI
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
PADA ORGANISASI DAKWAH

Sistem informasi merupakan suatu sistem yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya, atau sebuah sistem untuk menyediakan informasi guna mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi secara terintegrasi.Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
Analisis Sistem,
Menganalisis dan mendefinisikan masalah dan kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi.
Perancangan Sistem,
Merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi
Pembangunan dan Testing Sistem,
Membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras dan mengoperasikan perangkat lunak
Implementasi Sistem,
Beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan pelatihan dan panduan seperlunya.
Operasi dan Perawatan,
Mendukung operasi sistem informasi dan melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.
Evaluasi Sistem,
Mengevaluasi sejauih mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan.
Untuk mengelola sumberdaya teknologi informasi secara efektif memerlukan perhatian yang besar pada sisi operasional. Oleh karena itu jika dikelola dengan baik, maka dapat mengurangi biaya operasional, yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.
A.METODE PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PADA ORGANISASI DAKWAH
Dalam pengembangan sistem informasi ada beberapa metode yang harus di lakukan diantaranya :
1. METODE OUTSOURCING
Outsourcing merupakan salah satu metode pengelolaan teknologi informasi dengan cara memindahkan pengelolaannya pada pihak lain, yang tujuan akhirnya adalah efektivitas dan efisiensi kerja. Menurut The British Computer Society, outsourcing adalah pihak lain diluar perusahaan. Dengan definisi yang demikian luas dari outsourcing ini, metode ini seringkali juga disamakan dengan metode lain seperti : sub kontrak, supplier, proyek atau istilah lain yang berbeda-beda dilapangan, namun pada dasarnya adalah sama, yaitu pemindahan layanan kepada pihak lain.
Bentuk kontrak outsourcing dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, antara lain : menambahkan pengelolaan teknologi informasi dengan penambahan sumberdaya dari pihak luar, mengkontrakkan seluruh sistem secara utuh kepada pihak luar atau mengkontrakkan sebagian system, yaitu hanya sistem operasional dan fasilitasnya. Menurut The Computer Sciences Corporation Index bentuk kontrak outsourcing dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1) Total outsourcing,
Outsourcing secara total pada seluruh komponen TI
2) Selective outsourcing,
Outsorcing hanya pada komponen-komponen tertentu
3) Transitional outsourcing,
Outsourcing yang fokusnya pada pembuatan sistem baru
4) Transformational outsourcing,
Outsourcing yang fokusnya pada pembangunan dan operasional dari sistem baru
Keuntungan dan kelemahan metode outsourcing
Metode outsourcing sebagai strategi operasional TI memiliki banyak keuntungan, antara lain adalah sebagai berikut :
1) Manajemen TI yang lebih baik, TI dikelola oleh pihak luar yang telah berpengalaman dalam bidangnya, dengan prosedur dan standar operasi yang terus menerus dikembangkan.
2) Fleksibiltas untuk meresponse perubahan TI yang cepat, perubahan arsitektur TI berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan
3) Akses pada pakar TI yang lebih baik
4) Biaya yang lebih murah
5) Fokus pada inti bisnis, perusahaan tidak perlu memikirkan bagaimana sistem TI-nya bekerja
6) Pengembangan karir yang lebih baik untuk pekerja TI.
Menurut The 2001 Outsourcing World Summit, 6 alasan utama sebuah perusahaan melakukan outsourcing, adalah sebagai berikut :
1) Mengurangi biaya /Reduce Cost, sebesar 36%
2) Fokus pada inti / Focus on Core, sebesar 36%
3) Meningkatkan kualitas / Improve Quality , sebesar 13%
4) Meningkatkan kecepatan ke pasar / , sebesar 10%
5) Membantu inovasi / Foster Innovation, sebesar 4%
6) Menghemat modal / Conserver Capital, sebesar 1%
Namun demikian , masih ditemui beberapa kelemahan dari metode outsourcing, sebagai berikut :
1. Permasalahan pada moral karyawan, pada kasus yang sering terjadi, karyawan outsource yang dikirim ke perusahaan akan mengalami persoalan yang penangannya lebih sulit dibandingkan karyawan tetap. Misalnya terjadi kasus-kasus tertentu, karyawan outsource merasa dirinya bukan bagian dari perusahaan pengguna
2. Kurangnya kontrol perusahaan pengguna dan terkunci oleh penyedia outsourcing melalui perjanjian kontrak
3. Jurang antara karyawan tetap dan karyawan outsource
4. Perubahan dalam gaya manajemen
5. Proses seleksi kerja yang berbeda.
Keputusan untuk mengambil outsourcing tidak hanya bergantung pada faktor biaya, tetapi ada beberapa faktor yang harus diperhatikan saat membuat keputusan yaitu:
1) Tingkat layanan dan harga (Service levels and pricing)
2) Kontrak dan hubungan kerja (Contract and relationship)
3) Kepuasan pelanggan (Customer satisfaction)
4) Tujuan strategi
2. METODE INSOURCING
Metode insourcing atau disebut juga contracting, adalah suatu usaha pengembangan ICT dalam perusahaan, dengan membentuk divisi khusus yang kompeten dibidangnya, seperti departemen EDP (Electronic Data Processing), atau merupakan metode pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang dilakukan oleh staff pada suatu divisi fungsional dalam organisasi dengan atau tanpa bantuan dari ahli sistem informasi. Motode ini dikenal juga dengan istilah end-user computing atau end-user development.
Pengembangan ini dilakukan oleh para ahli sistem informasi yang berada dalam departemen EDP (Electronic Data Processing), IT (Information Technology), atau IS (Information System). Pengembangan sistem umumnya dilakukan dengan menggunakan SDLC (Systems Development Life Cycle) atau daur hidup pengembangan sistem.
Keuntungan dan kelemahan metode insourcing
Metode insourcing sebagai strategi operasional TI memiliki beberapa keuntungan, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah komunikasi dalam pengembangan system, karena kedekatan divisi IT dan end user.
2. Penerapan software/hardware relatif lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena pengembangan sistem dilakukan oleh divisi IT perusahaan yang bersangkutan.
3. Dari sisi biaya, akan lebih murah karena tidak ada kontrak dengan pihak
4. Jika terjadi masalah dalam system, maka responnya akan lebih cepat.
5. Lebih fleksibel, karena perusahaan dapat meminta perubahan sistem pada karyawannya sendiri tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.
Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari metode insourcing, sebagai berikut :
1. Kinerja karyawan cenderung menurun ketika sudah menjadi pegawai tetap, karena faktor kenyamanan yang dimiliki pegawai tetap.
2. Tidak ada batasan biaya dan waktu yang jelas, karena tidak ada target. Dan kalaupun ada target, tidak ada punishment yang jelas ketika target tidak tercapai.
3. Kebocoran data yang dilakukan oleh karyawan IT, dikarenakan tidak ada reward dan punishment yang jelas.
4. Pengembangan sistem dengan teknik SDLC cenderung lambat dan mahal.
5. End user tidak terlibat secara langsung, sehingga terdapat kemungkinan hasil implementasi sistem tidak sesuai dengan kebutuhan end user.


B. PENERAPAN PENGEMBNGAN SISTEM INFORMASI PADA ORGNISASI DAKWAH
Tiga sasaran utama dalam penerapan system informasi dalam suatu organisasi. Pertama, memperbaiki efesiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informatkan asi. Kedua, meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaska kebutuhan informasi guna pengambilan kputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis (ward and peppard, 2002).
Ketiga sasaran tersebut dapat tercapai secara optimal apabila adanya jaminan keselarasan antara strategi sisitem informasi dengan strategi bisnis organisasi, dimana nantinya strategi bisnis skan memberikan arahan terhadap tercapainya suatu goal organisasi, dan strategi system informasi akan memberikan dukungan terhadap pencapaian goal organisasi melalui penyiapan infrastruktur teknologi informasi yang sesuai dengan teknologi bisnis organisasi untuk menentukan strategi sisitem informasi yang dapat mendukung pencapaian visi dan misi organisasi, maka perlu pemahaman tentang strategi bisnis organisasi melalui perencanaan strategi Bisnis dan stategi system informasi perencanaanformasi, metodologi Ward-peppar.
Namun sering ditemukan bahwa penerapan TI kurang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja dan kesuksesan bisnis organisasi maupun peningkatan daya saing organisasi. Hal tersebut terjadi akibat penerapan SI/TI yang hanya berfokus pada teknologinya saja. Oleh karena itu, cara efektif untuk mendapatkan manfaat strategis dari penerapan SI/TI adalah dengan berkonsentrasi pada kaji ulang bisnis (rethinking business) melalui analisis masalah bisnis saat ini dan perubahan lingkungannya serta mempertimbangkan TI sebagai bagian solusi (Earl, 1992).
Permasalahan di dalam penerapan SI/TI pada suatu organisasi dapat dikatakan sebagai paradoks produktivitas (Roach, 1994). Dimana didalam penerapan SI/TI sudah diimplementasikan secara baik, namun dari sisi lain seperti halnya keamanan, sumber daya manusia, transparansi, dan lain-lain bersifat sebaliknya. Sebagai contoh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menginvestasikan sedikitnya Rp. 200 milyar untuk pengadaaan



perangkat dan aplikasi SI/TI dengan harapan agar penghitungan suara hasil pemilu dapat berjalan dengan cepat, akurat dan transparan. Dalam beberapa hal penayangan hasil perhitungan suara sudah memenuhi kriteria kecepatan yang diinginkan, namun demikian akurasi dan transparansi masih menjadi persoalan yang berbuntut pada keraguan terhadap masih diperlukannya SI/TI dalam pemilu-pemilu berikutnya. Jika ditambahkan dengan persoalan rentannya sistem keamanan yang melekat pada SI/TI KPU, belum tersedianya komputer dan jaringan komunikasi secara merata di seluruh Panitia Pemungutan Suara (PPS) di tingkat kecamatan, serta persoalan manajemen sistem informasi yang dinilai masih tidak standar, dapat diperkirakan persoalan paradok produktivitas SI/TI di KPU makin menjadi nyata.
Permasalahan lain dalam penerapan SI/TI adalah investasi SI/TI masih belum berhasil memberikan manfaat yang diharapkan kepada organisasi (Ward and Peppard, 2002). Pimpinan perusahaan sering dihadapkan pada kenyataan bahwa belanja modal (capital expenditure ) untuk SI/TI tidak membuahkan hasil hingga nilai tertentu sesuai dengan besarnya investasi yang telah dilakukan. Perusahaan menggunakan SI/TI untuk pengelolaan akuntansi dan keuangan, operasional pemasaran, layanan pelanggan, koordinasi antar kantor cabang, perencanaan produksi, pengendalian persediaan, mengurangi lead time , melancarkan distribusi dan lain sebagainya. Namun tidak jelas apakah penggunaan SI/TI semacam ini sudah secara nyata menghasilkan output yang lebih banyak (Robert Solow dalam McCarty, 2001).
1. STRATEGI SI DAN STRATEGI TI
Bila kita mengharapkan agar penerapan TI optimal, dibutuhkan suatu strategi SI/TI yang selaras dengan strategi bisnis organisasi. Hal ini diperlukan agar investasi yang dikeluarkan untuk TI sesuai dengan kebutuhan dan memberi manfaat yang diukur dari pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Earl membedakan antara strategi SI dan TI (Earl, 1997). Strategi SI menekankan pada penentuan aplikasi sistem informasi yang dibutuhkan rganisasi. Esensi dari strategi SI adalah menjawab pertanyaan “apa ?”. Sedangkan strategi TI lebih menekankan pada pemilihan teknologi, infrastruktur, dan keahlian khusus yang terkait atau menjawab pertanyaan “bagaimana ?”. Sebagai contoh suatu organisasi menerapkan Executive Information System pada bidang pemasaran hal ini mempengaruhi aliran informasi vertikal dalam perusahaan. Pihak manajemen atas memiliki akses informasi yang lebih besar dan mengurangi ketergantungan sumber informasi terhadap manajemen menengah. Jaringan telekomunikasi sebagai aplikasi teknologi informasi memungkinkan informasi mengalir dengan mudah dan cepat di antara departemen dan divisi yang berbeda.


Untuk menentukan strategi SI/TI yang dapat mendukung pencapaian visi dan misi organisasi, maka perlu pemahaman tentang strategi bisnis organisasi. Pemahaman tersebut mencakup penjelasan terhadap hal-hal berikut : mengapa suatu bisnis dijalankan, kemana tujuan, dan arah bisnis, kapan tujuan tersebut dicapai, bagaimana cara mencapai tujuan dan adakah perubahan yang harus dilakukan. Jadi dalam membangun suatu strategi SI/TI, yang menjadi isu sentral adalah penyelarasan (alignment) strategi SI/TI dengan strategi bisnis organisasi.
merealisasikan tujuan bisnisnya. Perencanaan strategis SI/TI mempelajari pengaruh SI/TI terhadap kinerja bisnis dan kontribusi bagi organisasi dalam memilih langkah-langkah strategis. Selain itu, perencanaan strategis SI/TI juga menjelaskan berbagai tools, teknik, dan kerangka kerja bagi manajemen untuk menyelaraskan strategi SI/TI dengan strategi bisnis, bahkan mencari kesempatan baru melalui penerapan teknologi yang inovatif (Ward & Peppard, 2002). Gambar dibawah menunjukkan skema perencanaan strategis SI/TI Ward dan Peppard.
Beberapa karakteristik dari perencanaan strategis SI/TI antara lain adalah adanya misi utama : Keunggulan strategis atau kompetitif dan kaitannya dengan strategi bisnis; adanya arahan dari eksekutif atau manajemen senior dan pengguna; serta pendekatan utama berupa inovasi pengguna dan kombinasi pengembangan bottom up dan analisa top down (Pant & Hsu, 1995).

2. METODOLOGI PERENCANAAN STRATEGIS SI/TI VERSI WARD AND PEPPARD
Faktor penting dalam proses perencanaan strategis SI/TI adalah penggunaan metodologi. Metodologi merupakan kumpulan dari metode, teknik, dan tools yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu. Tujuan dari penggunaan metodologi dalam perencanaan strategis SI/TI adalah untuk meminimalkan resiko kegagalan, memastikan keterlibatan semua pihak
yang berkepentingan serta meminimalkan ketergantungan individu, dan lebih menekankan kepada proses dan sasaran yang ditentukan.
Pendekatan metodologi versi Ward and Peppard ini dimulai dari kondisi investasi SI/TI dimasa lalu yang kurang bermanfaat bagi tujuan bisnis organisasi dan menangkap peluang bisnis, serta fenomena meningkatkan keunggulan kompetitif suatu organisasi karena mampu memanfaatkan SI/TI dengan maksimal. Kurang bermanfaatnya investasi SI/TI bagi organisasi disebabkan karena perencanaan strategis SI/TI yang lebih fokus ke teknologi, bukan berdasarkan kebutuhan bisnis.
Metodologi versi ini terdiri dari tahapan masukan dan tahapan keluaran (Ward & Peppard, 2002). Tahapan masukan terdiri dari:
1. Analisis lingkungan bisnis internal, yang mencakup aspek-aspek strategi bisnis saat ini, sasaran, sumber daya, proses, serta budaya nilai-nilai bisnis organisasi.
2. Analisis lingkungan bisnis eksternal, yang mencakup aspek-aspek ekonomi, industri, dan iklim bersaing perusahaan.
3. Analisis lingkungan SI/TI internal, yang mencakup kondisi SI/TI organisasi dari perspektif bisnis saat ini, bagaimana kematangannya (maturity), bagaimana kontribusi terhadap bisnis, keterampilan sumber daya manusia, sumber daya dan infrastruktur teknologi, termasuk juga bagaimana portofolio dari SI/TI yang ada saat ini.
4. Analisis lingkungan SI/TI eksternal, yang mencakup tren teknologi dan peluang pemanfaatannya, serta penggunaan SI/TI oleh kompetitor, pelanggan dan pemasok.
Sedangkan tahapan keluaran merupakan bagian yang dilakukan untuk menghasilkan suatu dokumen perencanaan strategis SI/TI yang isinya terdiri dari:
1. Strategi SI bisnis, yang mencakup bagaimana setiap unit/fungsi bisnis akan memanfaatkan SI/TI untuk mencapai sasaran bisnisnya, portofolio aplikasi dan gambaran arsitektur informasi.
2. Strategi TI, yang mencakup kebijakan dan strategi bagi pengelolaan teknologi dan sumber daya manusia SI/TI.
3. Strategi Manajemen SI/TI, yang mencakup elemen-elemen umum yang diterapkan melalui organisasi, untuk memastikan konsistensi penerapan kebijakan SI/TI yang dibutuhkan.
Beberapa teknik/metode analisis yang digunakan dalam perencanaan strategis SI/TI pada metodologi ini, mencakup analisis SWOT, analisis Five Forces Competitive, analisis Value Chain, metode Critical Succes Factors, metode Balanced Scorecard, dan McFarlan’s Strategic Grid.
3.METODE DAN TEORI ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIS SI/TI
Analisis SWOT
Analisis SWOT akan dipetakan dari hasil analisis lingkungan. Kekuatan diidentifikasikan dengan tujuan untuk mengetahui apa saja kekuatan organisasi untuk dapat meneruskan dan mempertahankan bisnis. Dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki organisasi akan dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan kekuatan sebagai modal untuk dapat bersaing. Mengidentifikasi kelemahan bertujuan untuk dapat mengetahui apa kelemahan-kelemahan yang masih ada, dan dengan mengetahui kelemahan tersebut, maka perusahaan dapat berusaha untuk memperbaiki agar menjadi lebih baik. Kelemahan yang tidak atau terlambat teridentifikasi akan merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu dengan semakin cepat mengetahui kelemahan, maka perusahaan juga dapat sesegera mungkin

mencari solusi untuk dapat menutupi kelemahan tersebut. Dengan mengetahui peluang, baik peluang saat ini maupun peluang dimasa yang akan datang, maka perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk dapat mencapai peluang tersebut. Berbagai strategi dapat disiapkan lebih dini dan terencana dengan lebih baik sehingga peluang yang telah diidentifikasi dapat direalisasikan. Berbagai jalan untuk dapat mewujudkan peluang/kesempatan dan mempertahankan kelangsungan bisnis organisasi tentunya akan mengalami banyak ancaman. Ancaman yang dapat teridentifikasi dapat dicarikan jalan keluarnya sehingga organisasi dapat meminimalkan ancaman tersebut.
Critical Success Factor (CSF)
Analisa CSF merupakan suatu ketentuan dari organisasi dan lingkungannya yang berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan. CSF dapat ditentukan jika objektif organisasi telah diidentifikasi. Tujuan dari CSF adalah menginterpretasikan objektif secara lebih jelas untuk menentukan aktivitas yang harus dilakukan dan informasi apa yang dibutuhkan.
Peranan CSF dalam perencanaan strategis adalah sebagai penghubung antara strategi bisnis organisasi dengan strategi SI-nya, memfokuskan proses perencanaan strategis SI pada area yang strategis, memprioritaskan usulan aplikasi SI dan mengevaluasi strategi SI,
McFarlan Strategic Grid
McFarlan strategic grid digunakan untuk memetakan aplikasi SI berdasarkan konstribusinya terhadap organisasi. Pemetaan dilakukan pada empat kuadran (strategic, high potential, key operation, and support). Dari hasil pemetaan tersebut didapat gambaran konstribusi sebuah aplikasi SI terhadap organisasi dan pengembangan dimasa mendatang (Ward and Griffith 1996

Analisa Value Chain
Analisa Value Chain dilakukan untuk memetakan seluruh proses kerja yang terjadi dalam organisasi menjadi dua kategori aktivitas, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Mengacu pada dokumen organisasi yang menyebutkan tugas dan fungsi setiap unit kerja berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap proses kerja yang terjadi di masing-masing unit kerja, secara diagram value chain dapat terlihat seperti gambar dibawah ini.


Balanced Scorecard
Balanced Scorecard pertama kali dipublikasikan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 dalam sebuah artikel yang berjudul ”Balanced Scorecard – Measures That Drive Performance”. Balanced Scorecard pada awal diperkenalkan adalah merupakan suatu sistem manajemen penilaian dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Kaplan dan Norton telah memperkenalkan Balanced Scorecard pada tingkat organisasi enterprise. Prinsip dasar dari Balanced Scorecard ini adalah titik pandang penilaian sebuah perusahaan hendaknya tidak hanya dilihat dari segi finansial saja tetapi juga harus ditambahkan ukuran-ukuran dari perspsektif lainnya seperti tingkat kepuasaan customer, proses internal dan kemampuan melakukan inovasi.
Menurut Kaplan dan Norton, Balanced Scorecard didefinisikan sebagai berikut :
”...a set of measure that’s gives top manager a fast but comprehensive view of the business, includes financial measures that tell the results of actions already taken, complements the financial measures with operational measures on customer satisfaction, internal process and the organization’s innovation and improvements activities – operational measures that are the drivers of future financial performance”.
Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scorecard sebagai sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang dan menghasilkan proses manajemen seperti :

1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi.
2. Mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis.
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.

Perencanaan Strategis SI/TI digunakan untuk menyelaraskan antara kebutuhan strategi bisnis dan strategi SI/TI untuk mendapatkan nilai tambah dari suatu organisasi dari segi keunggulan kompetitif.
Proses identifikasi kebutuhan informasi Perencanaan Strategis Sistem Informasi dimulai terlebih dahulu dari lingkungan organisasi yang memuat visi, misi, dan tujuan organisasi, dilanjutkan kepada identifikasi terhadap lingkungan internal dan eksternal organisasi, serta identifikasi internal dan eksternal SI/TI lingkungan organisasi, yang kemudian proses penentuan peluang SI/TI dapat dilaksanakan ketika kebutuhan informasi yang didrive dari tujuan organisasi telah semuanya teridentifikasi.
Hasil dari Perencanaan Strategis SI/TI ini menjawab permasalahan pemanfaatan SI/TI suatu organisasi, adapun hasil identifikasi dari perencenaan strategis sistem informasi adalah terbentuknya portofolio aplikasi SI/TI.

PENUTUP

Setiap metode selalu bergantung dari daya dukung sumber daya yang dimiliki organisasi/perusahaan. Metode terbaik adalah perencanaan yang disusun dengan berbasiskan sumber daya empiris yang dimiliki dan kemampuan untuk memanfaatkannya semaksimal mungkin. Kemampuan untuk bersikap realistis terhadap ketersediaan sumber daya merupakan hal penting dalam implementasi IT di dalam organisasi. Jika memang menurut kalkulasi perusahaan, sumber daya yang tersedia tidak dapat mendukung strategi obyektif organisasi, maka pilihannya adalah melakukan outsourcing atau mengubah strategi tersebut menjadi mengikuti kemampuan daya dukung sumber daya yang tersedia. Dalam implementasinya diperusahaan, perlu dilakukan banyak pengkajian bagaimana peran outsourcing kedepan yang sangat bergantung pada kondisi dan kesiapan perusahaan bukan hanya pada biaya yang dapat dihemat. Perusahaan perlu menyesuaikan dan melakukan lebih banyak konsolidasi internal sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa outsourcing.
Setiap organisasi selalu memiliki hubungan dan keterkaitan dengan pihak-pihak di luar organisasi dengan berbagai tujuan serta kebutuhan. Pihak-pihak eksternal, memiliki kontribusi dalam membesarkan atau mungkin menghancurkan organisasi/perusahaan. Tata-kelola IT di dalam organisasi/perusahaan memiliki dampak terhadap pihak-pihak eksternal. Rencana suatu organisasi mencerminkan harapan mengenai lingkungan, harapan mengenai kemampun organisasi, dan keputusan yang telah dibuat tentang persoalan seperti alokasi sumber daya dan pengarahan upaya. Harapan yang dikuatifikasi merupakan variabel masukan bagi model yang dipakai dalam perencanaan. Sasaran sistem informasi adalah member bantuan dalam perumusan, kuantifikasi, klasifikasi, dan penggunaan harapan tersebu.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Rosyid dan Iswanti, Sari. Sistem informasi dari konsep dasar menuju pengadaannya.
http://lianna.blog.binusian.org/2010/01/09/74/
-kpu/ Laudon, Kenneth C. and Laudon, Jane Price. Management Information Systems: Managing the Digital Firm, 8th edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2004
Ward, John. and Joe Peppard. Strategic Planning for Information System 3nd ed. England: John Wiley & Sons, 2002
Setiyadi, Wigrantoro Roes 2006, Mengatasi Paradoks Produktivitas Dalam SI/TI KPU [Online], Available:
http://maswigrs.wordpress.com/2006/12/29/mengatasi-paradok-produktivitas-dalam-s

0 komentar:

Posting Komentar